Perdana Menteri Inggris David Cameron dihujani cercaan, terkait pernyataannya yang akan menghentikan bantuan dari Inggris jika negara penerima tidak mengakui hak-hak kaum homoseksual.
Sebagaimana diberitakan sebelumnya, isu homoseksual dan bantuan Inggris diangkat Cameron dalam pertemuan tingkat kepala pemerintahan negara Persemakmuran baru-baru ini di Perth, Australia.
Pernyataan Cameron itu, sebagaimana dilansir Xinhua Rabu (03/11/2011), mendapat kritik pahit dari Ghana, terutama para pemimpin agama di sana. Mereka mengatakan bahwa perdana menteri Inggris itu tidak memahami nilai-nilai budaya Ghana.
Seorang anggota dari Yayasan Pendidikan Imam di Ghana, Alhassan Abdulai, mengatakan bahwa masyarakat Muslim Ghana terkejut mendengar ancaman dari perdana menteri Inggris itu. Jika Inggris memaksakan kehendaknya untuk melegalkan homoseksual di Ghana, maka komunitas Muslim di negara itu akan melakukan aksi demonstrasi menentangnya.
Uskup Agung kota metropolitan Accra, Charles Palmer-Buckle, kepada radio setempat mengatakan bahwa negara itu harus bangkit mempertahankan nilai-nilai bangsanya dan tidak membiarkan negara lain memanipulasinya.
Menteri Perdagangan dan Industri Hannah Tetteh menyampaikan hal senada. Ia menegaskan bahwa hubungan sesama jenis tidak dapat diterima dalam budaya Afrika dan tidak ada ancaman apapun yang akan membuat Ghana tunduk kepada ancaman Inggris.
Dalam jumpa persnya dengan media, Selasa kemarin, Tetteh mengatakan, negara Barat tidak punya hak untuk memaksakan budaya dan orientasi moralnya terhadap Ghana. Dan pemerintah akan menunjukkan sikapnya dalam masalah ini pada waktu yang tepat.
"Setiap masyarakat memiliki normanya sendiri yang dianggapnya pantas. Di dunia Barat hubungan sesama jenis bisa diterima bahkan hingga ke jenjang perkawinan sesama jenis. Tapi di masyarakat kami, hal itu tidak dapat diterima," tegas menteri wanita itu.
Seorang praktisi hukum, Kwame Akuffo, juga mengecam pernyataan PM Inggris David Cameron, yang dianggapnya rasis.
Ia mendesak negara-negara Afrika untuk bangkit melawan segala perbuatan keji atau rasis yang dilakukan negara Barat terhadap mereka, sebab setiap negara memiliki kepercayaan dan pusaka budayanya sendiri. Akuffo menegaskan bahwa sangat penting untuk mempertahankan kedaulatan negara mereka.
Sementara itu, pemerintah Ghana menyatakan belum bisa menentukan sikap terkait pernyataan Cameron tentang homoseks tersebut, sampai ada surat resmi dari pemerintah Inggris yang diterima.
Hal serupa dikatakan Menteri Informasi John Tia kepada koran pemerintah The Ghanaian Times. Lebih jauh Tia mengatakan bahwa pemerintah akan melindungi hak warga negaranya sesuai dengan konstitusi.
Ancaman pemangkasan bantuan untuk Ghana dan negara lainnya mengemuka saat koran Inggris Daily Mail bulan lalu menulis bahwa Inggris telah mengambil sikap keras memotong bantuan untuk negara-negara Afrika, yang memperkarakan kaum homoseksual ke pengadilan.
Koran itu mengutip pernyataan Menteri Pembangunan Internasional Andrew Mitchell, yang mengatakan negaranya telah memangkas bantuan untuk Malawi 19 juta poundsterling, setelah dua pria homo dihukum 14 tahun kerja paksa.
Mitchell, yang merupakan sekutu dekat Cameron, juga mengancam akan memberikan sanksi kepada Uganda dan Ghana, atas tindakan keras mereka terhadap kaum gay dan lesbian.
Selain itu Daily Mail juga menulis, saat berkunjung ke Ghana awal tahun ini, Stephen O'Brian, deputi Mitchell, mengatakan kepada Presiden Ghana John Evans Atta bahwa Inggris akan memotong bantuannya, kecuali ia berhenti menganiaya kaum homoseks.
hidayatullah.com
Sebagaimana diberitakan sebelumnya, isu homoseksual dan bantuan Inggris diangkat Cameron dalam pertemuan tingkat kepala pemerintahan negara Persemakmuran baru-baru ini di Perth, Australia.
Pernyataan Cameron itu, sebagaimana dilansir Xinhua Rabu (03/11/2011), mendapat kritik pahit dari Ghana, terutama para pemimpin agama di sana. Mereka mengatakan bahwa perdana menteri Inggris itu tidak memahami nilai-nilai budaya Ghana.
Seorang anggota dari Yayasan Pendidikan Imam di Ghana, Alhassan Abdulai, mengatakan bahwa masyarakat Muslim Ghana terkejut mendengar ancaman dari perdana menteri Inggris itu. Jika Inggris memaksakan kehendaknya untuk melegalkan homoseksual di Ghana, maka komunitas Muslim di negara itu akan melakukan aksi demonstrasi menentangnya.
Uskup Agung kota metropolitan Accra, Charles Palmer-Buckle, kepada radio setempat mengatakan bahwa negara itu harus bangkit mempertahankan nilai-nilai bangsanya dan tidak membiarkan negara lain memanipulasinya.
Menteri Perdagangan dan Industri Hannah Tetteh menyampaikan hal senada. Ia menegaskan bahwa hubungan sesama jenis tidak dapat diterima dalam budaya Afrika dan tidak ada ancaman apapun yang akan membuat Ghana tunduk kepada ancaman Inggris.
Dalam jumpa persnya dengan media, Selasa kemarin, Tetteh mengatakan, negara Barat tidak punya hak untuk memaksakan budaya dan orientasi moralnya terhadap Ghana. Dan pemerintah akan menunjukkan sikapnya dalam masalah ini pada waktu yang tepat.
"Setiap masyarakat memiliki normanya sendiri yang dianggapnya pantas. Di dunia Barat hubungan sesama jenis bisa diterima bahkan hingga ke jenjang perkawinan sesama jenis. Tapi di masyarakat kami, hal itu tidak dapat diterima," tegas menteri wanita itu.
Seorang praktisi hukum, Kwame Akuffo, juga mengecam pernyataan PM Inggris David Cameron, yang dianggapnya rasis.
Ia mendesak negara-negara Afrika untuk bangkit melawan segala perbuatan keji atau rasis yang dilakukan negara Barat terhadap mereka, sebab setiap negara memiliki kepercayaan dan pusaka budayanya sendiri. Akuffo menegaskan bahwa sangat penting untuk mempertahankan kedaulatan negara mereka.
Sementara itu, pemerintah Ghana menyatakan belum bisa menentukan sikap terkait pernyataan Cameron tentang homoseks tersebut, sampai ada surat resmi dari pemerintah Inggris yang diterima.
Hal serupa dikatakan Menteri Informasi John Tia kepada koran pemerintah The Ghanaian Times. Lebih jauh Tia mengatakan bahwa pemerintah akan melindungi hak warga negaranya sesuai dengan konstitusi.
Ancaman pemangkasan bantuan untuk Ghana dan negara lainnya mengemuka saat koran Inggris Daily Mail bulan lalu menulis bahwa Inggris telah mengambil sikap keras memotong bantuan untuk negara-negara Afrika, yang memperkarakan kaum homoseksual ke pengadilan.
Koran itu mengutip pernyataan Menteri Pembangunan Internasional Andrew Mitchell, yang mengatakan negaranya telah memangkas bantuan untuk Malawi 19 juta poundsterling, setelah dua pria homo dihukum 14 tahun kerja paksa.
Mitchell, yang merupakan sekutu dekat Cameron, juga mengancam akan memberikan sanksi kepada Uganda dan Ghana, atas tindakan keras mereka terhadap kaum gay dan lesbian.
Selain itu Daily Mail juga menulis, saat berkunjung ke Ghana awal tahun ini, Stephen O'Brian, deputi Mitchell, mengatakan kepada Presiden Ghana John Evans Atta bahwa Inggris akan memotong bantuannya, kecuali ia berhenti menganiaya kaum homoseks.
hidayatullah.com
0 komentar:
Posting Komentar